Konflik
dan pembangunan selalu berjalan berurutan. Konflik akan berdampak pada
pencapaian pembangunan dan kondisi kehidupan manusia yang lebih baik. Pembangunan
dapat menyebabkan atau memicu konflik dan konflik dapat menghambat pembangunan.
Pembangunan sebagai konflik pemicunya beragam. Dan dampaknya adalah pada biaya,
baik biaya ekonomis, maupun biay sosial.
Kata Kunci : Konflik dan
Pembangunan
Pendahuluan
Pembangunan
suatu masyarakat selalu dipengaruhi oleh konflik. Begitu juga sebaliknya,
magnet konflik mengakibatkan pembangunan tidak berjalan normal. Kadang-kadang
pembangunan yang seharusnya memperbaiki kehidupan masyarakat, yang terjadi
justru menjadi sumber konflik di masyarakat itu sendiri. Konflik yang muncul
tersebut tak jarang menjadi sumber masalah lanjutan ketika penguatan institusi
struktur masyarakat dan perubahan kekuasan dilakukan.
Akibatnya menjadi penting untuk mengintegrasikan dimensi-dimensi sosial,
budaya, ekonomi, dan politik dalam pembangunan. Pembanguna dengan menyatukan
beragam teori multidisiplin ini akan membuat pembangunan lebih efektif. Dan
itulah sebenarnya maksud dari pembangunan berkelanjutan.
International Peace Academy (2003), menyebutkan bahwa dalam konteks
pakca-konflik, prioritas pembangunan peka konflik sangat diperlukan untuk
mengatasi kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan, kemiskinan, pengangguran
dan hambatan perdamaian lainnya yang mengancam proses pembangunan dan perdamaian.
Sebagai bagian terpenting dari prioritas strategis kebijakan pembangunan peka
konflik ini adalah kebijakan ekonomi yang diarahkan untuk transformasi ekonomi
dari ekonomi perang (economy of war) yang berlaku di masa konflik menuju
ekonomi perdamaian (economic of peace) di masa pasca-konflik.
Konflik
dan Pembangunan
Konflik dan
pembangunan sering diwacanakan dalam perspektif faktor kebencian dan sejarah,
yang ditelaah dengan analisa studi sosiologi, politik dan sejarah. Kajian yang sering dikaitkan studi konflik
selalu berkaitan dengan fakta empiris, ekonomi dan pembangunan dalam spektrum
ekonomi, politik dan sosial budaya.
Menurut Bank
Dunia, konflik dan pembangunan selalu bermuara kepada tiga hal. (1) Konflik
memperlambat pembangunan, (2) Pengembangan mengarah ke konflik, (3) Konflik
terjadi karena kurangnya pembangunan. Disamping itu, bahasan konflik dan
pembangunan selalu terkait dengan kekerasan dan kemakmuran.
Dalam kajian
global, kekerasan seperti terorisme, perang konvensional, epidemi, konflik
etnis, kecelakaan nuklir, senjata pemusnah massal dan kejahatan terorganisir
semuanya termasuk dalam daftar kekerasan yang berbahaya. Namun dari semua itu,
situasi ekonomi dan pengangguran menjadi titik sentral terjadinya konflik yang
menghambat kemakmuran manusia (Frances Stewart, 2004).
Makanya ancaman
global saat ini terhadap peningkatan kekerasan dan stabilitas keamanan
berdampak buruk pada kesejahteraan dan kemakmuran manusia secara berkelanjutan.
Hal ini, akan berdampak sangat besar pembangunan yang akan membawa kemakmuran
bagi banyak orang.
Pada tahap awal
Pembangunan suatu kawasan paska konflik, kekerasan dan peningkatan
kesejahteraan awalnya berjalan beriringan, tetapi menurun sesudahnya (Bates,
2001). Peningkatan kesejahteraan dapat mendorong perilaku predator dalam bentuk
kekerasan oleh orang yang kurang beruntung atau serakah lebih beruntung.
Pertumbuhan Setelah berlangsung lebih lanjut, kekerasan telah menurun untuk
mempertahankan keamanan investasi, dan negara harus melakukan fungsi regulasi
Pembangunan
Sebagai Konflik
Menurut Huntington
(1968), pembangunan adalah proses inheren dengan konflik. Hal ini harus dikelola untuk mencapai
nilai-nilai positif dan non-kekerasan. Setiap ketimpangan yang terjadi harus
didistribusi dalam proses pembangaunan dengan bentuk-bentuk politik non
kekerasan.
Asumsi dasar
(MacGinty, 2009) dari pembangunan sebagai konflik adalah pembangunan tidak
selalu berjalan dengan baik. Pembangunan selalu memiliki dampak yang tidak
seperti direncanakan. Pada sisi lain, pembangunan dapat memicu dan
mempertahankan konflik. Pembangunan juga pada dasarnya adalah sebuah proses
yang tidak merata. Spektrum pembangunan bukan hanya tentang pertumbuhan
ekonomi. Pembangunan dapat ditargetkan dengan cara yang membantu rekonstruksi
pasca-perang dan rekonsiliasi
Dalam perspektif
lain, Arthur Lewis (1976), menyebutkan bahwa pembangunan harus egaliter karena
hal itu tidak dimulai di setiap bagian dari perekonomian pada saat yang sama.
Sedangkan Simon Kuznets (1955), mengatakan bahwa antara pendapatan dan
ketimpangan dalam tahap awal pembangunan ekonomi sebelum akhirnya mencapai
tingkat pendapatan lebih tinggi dengan ketidaksetaraan menurun. Ketimpangan
umumnya memperparah potensi kekerasan
Penyebab
Konflik
Setidaknya ada
delapan (8) masalah, yang menyebabkan pembangunan dapat memicu konflik.
Diantaranya adalah (1) Pendapatan
Rendah (2) Stagnan Pertumbuhan (3) Meluasnya kemiskinan (4) Buruk kesehatan (5)
Kurang pendidikan (6) Kerusakan lingkungan hidup / kelangkaan (7) Non / kurang
demokratis (8) Lemahnya hukum dan ketertiban.
Dari setiap
konflik, selalu berdampak pada biaya. Baik biaya perang maupun biaya
pembangunan paska perang. Ada dua biaya dalam pembangunan konflik, pertama
biaya ekonomi. Biaya ekonomi tentu bisa dilihat dari kurangnya pertumbuhan
kualitas manusia, kerusakan insprastruktur, dan hilangnya aset masyarakat dan
negara. Kedua biaya sosial. Biaya sosial bisa dilihat dari kematian warga,
perpindahan penduduk (pengungsian), trauma dan yang paling kentara adalah
kemiskinan dan kesengsaraan.
Penutup
Perang sebagai
bidan dari pembangunan. Konflik sebagai katalis untuk pengembangan dan
pembangunan perdamaian. Perang dan damai itu adalah pilihan. Makanya
pembangunan yang baik adalah pembangunan yang dilakukan untuk membawa manfaat
yang berkelanjutan bagi setiap golongan masyarakat.
Konflik dan
pembangunan harus menjadi bagian dari intervensi program yang sistematis yang
dapat membawa perubahan dalam pembangunan kehidupan masyarakat. Menurut Paul
Collier (2004), sekitar setengah dari semua perang sipil karena pasca-konflik
kambuh. Ini memberikan kesempatan bagi sistem internasional secara radikal
untuk mengurangi konflik dengan intervensi sistematis dengan target-target yang
jelas. Paul Collier, menambahkan bahwa setidaknya harus ada tiga instrumen yang
dapat digunakan untuk mengurangi risiko paska-konflik, pertama adalah desain
politik, kedua pemulihan ekonomi, dan ketiga adalah penyediaan militer.
Referensi
Lewis, W. Arthur
(1976), ‘Development and distribution’. In Employment, Income Distribution
and Development Strategy, ed. A. Cairncross, M . Puri, p p . 26-42. London:
Macmillan.
Kuznets, Simon
(1955), ‘Economic Growth and Income Inequality’, American Economic Review
45(1): 1-28.
Bates, Robert (2001), Violence
and Prosperity.
Huntington, Samuel (1968), Political
order in changing societies.
Tadjoeddin,Z. and M. Murshed
(2007), ‘Socioeconomic Determinants of Everyday Violence in Indonesia: An
Empirical Investigation of Javanese Districts, 1994-2003,’ Journal of Peace
Research 44(6): 689-709.
Paul Collier,
Centre for the Study of African Economies, Department of Economics, Oxford
University, October 1st, 2004
InternationalPeaceAcademy,‘TransformingWarEconomies:ChallengesforPeacemakingand
Peacebuilding’, Report of the 2_th Wison Park Conference in association with
the International Peace Academy, Wiston House, Sussex, 2_-29 October, 2003.
Mac Ginty, R & A. Williams
2009. Conflict and Development, London & New York: Routledge
(Introductory chapter).
Stewart 2004. Development and
security.
Collier 2004. Development
and conflict.
World Bank 2011. World
Development Report 2011: Conflict
Security and Development, (Chapter 2: Vulnerability to violence)
What is development ?
0 comments:
Post a Comment