JK, "Saya Kecewa Pada Aceh"

Posted by


JK (Jusuf Kalla) adalah salah satu kontestan calon Presiden RI 2009-2014 yang sudah dipastikan gagal total dalam perolehan suara sementara, baik melalui KPU atau lembaga survey lainnya. Warga Indonesia pada umumnya tercengang dengan minimnya suara JK, karena berdasarkan berbagai survey sebelumnya pecintraan JK terus menanjak menjadi saingan kuat dua pasangan lainnya.

Awalnya, JK berharap di Aceh menjadi salah satu poin pemasukan suara kepadanya. Kenapa ? Banyak alasannya. Salah satunya adalah karena lobi dan kerjanya mendamaikan Aceh, baik formal maupun non formal. JK sudah mulai merintis perdamain Aceh jauh sebelum ia berpasangan dengan SBY pada tahun 2004 lalu. Makanya ia begitu percaya diri, rakyat Aceh pasti menyokong dia sebagai salah satu Capres RI dari luar Jawa.


Terlepas dari minim suara yang didapat JK di Aceh dalam perolehan suara sementara dalam Pipres kali ini. Saya secara personal, merasakan bahwa rakyat Aceh sudah tidak bisa lagi memberikan apresiasi terima kasih kepada orang yang benar-benar telah merancang perdamaian Aceh atau kebaikan sejenisnya secara objektif. Rakyat Aceh lupa, jauh sebelum JK menjadi wakil presiden, sudah menggagas perdamaian Aceh secara informal. Saya rasa, masalah ini diketahui oleh para petinggi Gerakan Aceh Merdeka juga.  

Tapi sayang, dalam konteks kecil, GAM pun tidak mampu lagi memberikan apresiasi terimakasih kepada JK, yang telah susah payah mengatur strategi perdamaian Aceh. Bagaimana dengan SBY ? SBY menurut saya tidak memiliki pemikiran yang konprehensif untuk mendamaikan Aceh selamanya, walau posisinya adalah Presiden. Sebagai catatan, seharusnya masyarakat Aceh dan GAM sekalipun harus objektif merekam jejak SBY sebelumnya untuk Aceh.

Kesimpulan sederhana saya, masyarakat Aceh sudah lupa bagaimana peran SBY dalam pemberlakuan Darurat Militer dan Darurat Sipil di Aceh. Masyarakat Aceh lupa bahwa SBY adalah seorang militer sejati yang telah merumuskan kebijakan war approach (pendekatan perang) jauh sebelum SBY menjadi Presiden 2004-2009.

Kontroling, strategi dan evaluasi perdamain Aceh, menurut saya ada ditangan JK, dengan team tink tank Bugisnya, JK mampu membangun peace approach untuk membangun rasa saling percaya antara masyarakat Aceh atau GAM dengan pemerintah RI, ditambah dengan pendekatan kekeluargaan Aceh-Makassar.

Naif memang, rakyat Aceh yang disokong oleh GAM lebih suka membantu SBY ketimbang JK. GAM lebih suka berhubungan politik dengan SBY yang militer, ketimbang JK yang sipil. Prediksi saya, GAM tidak akan bisa berbuat apa-apa kedepan, dalam hubungan politik Aceh dengan Jakarta. Alasannya bermacam-macam.

Salah satunya masalah pengalaman kelicikan antara Aceh dengan Jakarta. Untuk ini, Aceh termasuk komunitas GAM harus belajar banyak pada orang Jakarta. Tipu Aceh masih kalah bersaing dengan tipu Jakarta. Buktinya UU PA sudah ada, tapi Peraturan Presidennya (PP) yang bersifat implimentatif baru turun hanya seberapa. UUPA macan ompong. Belum lagi fraksi demokrat yang mendukung penuh recanan penutupan pelabuhan bebas sabang. Lucu, rakyat dan politisi tidak menyampaikan fakta-fakta seperti ini ke publik bawah.

Masyarakat Aceh dan komunitas GAM, lupa bahwa Jakarta memiliki grand senario panjang untuk Aceh. Dalam hal ini, GAM atau parlemen Aceh sekalipun nantinya tak bisa berbuat apa-apa dalam konteks relasi politik daerah dengan pusat. Kecuali Parlemen Aceh hanya di sibukkan dengan budgeting ABPD dan bagi-bagi proyek untuk golongannya. Atau di sibukkan dengan membuat qanun-qanun baru.

Hari ini masyarakat Aceh tidak makan qanun, tapi rakyat memerlukan beras murah dan kesejahteraan hidup. Khusus masalah ini kalau GAM gagal, kemudian Jakarta atau SBY bersuara bahwa Aceh sudah diberikan otonomi luas, kemajuan Aceh ada ditangan Gubernur dan Parlemen Aceh bukan lagi Jakarta, kerena kewenangan dan uang sudah diberikan pusat langsung kepada daerah, maka politik SBY kembali memang. GAM akan dimusuhi rakyatnya, karena Gubernur dan Parlemen dikuasai oleh mereka. Tapi rakyat tetap tidak sejahtera. Jakarta tinggal memelihara potensi konflik horizontal, satu lagi kredit poin diraih SBY.

Sekali lagi saya uraikan kepada kita semua bahwa masyarakat Aceh untuk tidak berharap banyak Pada SBY. SBY tetaplah presiden yang berasal dari militer, dalam bersikap, kebijakan dan strategi perdamain, sama dengan Wiranto dan Prabowo juga, walau selembut, dan sesopan apapun mereka.

Rakyat Aceh terlalu cepat lupa, bagaimana peran SBY dalam mengelola dan melestarikan Darurat Militer dan Darurat Sipil di Aceh. Rakyat Aceh lupa bagaimana peran SBY atau militer dalam menjebloskan putra terbaik Aceh sekaliber Abdullah Puteh ke penjara. Rakyat Aceh lupa bahwa Jakarta atau Jawa sudah terlalu sering itu menipu Aceh Rakyat Aceh lupa bahwa Aceh-Makasar adalah serumpun. Dan rakyat Aceh barangkali juga sudah lupa, bagaimana JKberusaha mendamaikan Aceh dengan penuh resiko menimpanya.


JK, "Saya Kecewa pada Aceh"
kamis malam (9/7/9), JK melakukan pertemuan dengan sejumlah pimpinan redaksi media, termasuk Kompas, Bisnis Indonesia, the Jakarta Post, Metro TV dan stasion media lainnya. Kemudian beberap pimpinan media tersebut menjadi nara sumber dalam acara khusus di Metro TV. Saya menyimaknya sampai habis. Menurut sejumlah pimpinan redaksi media, ”Terkesan bahwa JK kecewa pada Aceh. Karena dia memiliki andil besar dalam merancang perdamain Aceh. Tapi JK tetap masih menerima kenyataan tersebut, dia sudah matang sekali untuk seorang negarawan”. Begitu poin yang saya tangkap dalam acara tersebut, sebagaimana diketahui bawah suara JK di Aceh hanya sekitar 5 persen. Bandingkan dengan perolehan suara SBY 96 persen. Persentase tertinggi provinsi untuk SBY.

Kawan saya, orang asli Jawa (Jogjakarta) menulis dalam facebook yang ditujukan saya, "Kejam sekali orang Aceh, tidak sepantasnya JK diapreasiasikan dengan suara seperti itu" Menurut dia, mengenai perdamain Aceh sudah menjadi rahasia umum bagi bangsa Indonesia bahwa arsiteknya adalah JK.Mustahil ide itu keluar dari SBY. Tapi sayang, masyarakat Aceh tidak mau mengerti tentang itu. Malah balasan orang Aceh kepada JK cukup 5 persen. Aneh menurutnya sikap orang Aceh.

JK seharusnya tetap harus dihargai oleh rakyat Aceh dengan memilih dia setidaknya. Minimal suara fifty-fifty dengan SBY tentu dengan pencitraan yang seimbang. Tidak memihak. Apapun ceritanya, jalur permaian yang dirancang JK adalah bagian dari buah pemikiran anak non Jawa untuk untuk mendamaikan Aceh selamanya.

Walau tidak nampak, kekecewaan JK pastas adanya. Alasan pembenaran juga tidak dibutuhkan lagi, namun sikap memberikan Thanks You untuk orang lain harus kita upayakan dan perlu pembelajaran yang objektif untuk warga kita. Supaya masyarakat Aceh jangan terlalu cepat lupa jasa orang lain. Apalagi dengan melupaka cita-cita dan gagasan damai yang dibangun dan dilahirkan oleh seorang anak bangsa non Jawa, yaitu JK (Jusuf Kalla).

Maaf kami Pak JK. Silahkan kembali ke Makassar, tapi mohon lihat juga perkembangan tumbuh kembang kami berikutnya. Terimakasih Pak JK.

Sumber; Harian Aceh (14/7/09), halaman 6.


Blog, Updated at: 12:51 AM

0 comments:

Post a Comment